Sate

LUAR BIASA! NYESEL KALAU GAK IKUT ACARA INI DI IBNU ABBAS!

🐏🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🐃

Sejak pagi di hari kedua Idul Adha yaitu tepat pukul 06.00 tadi, PPTQ Ibnu Abbas Klaten kembali mulai melanjutkan rangkaian kegiatan penyembelihan hewan qurban. Jika pada hari sebelumnya menyembelih dua sapi, maka hari ini, Sabtu 02 September 2017 para santri menyembelih 1 ekor sapi dan 16 ekor kambing dan domba.

Semua santri antusias mengikuti prosesi acara. Maka jika kita melihat ke lokasi penyembelihan, nampak sejumlah kerumunan santri menyaksikan proses penyembelihan sambil menggemakan takbir.

Acara dimulai lebih awal dengan menyembelih kambing dan domba terlebih dahulu. Para santri diarahkan untuk tetap menyaksikan prosesi penyembelihan agar bisa mendapat pelajaran serta pengalaman yang dibimbing oleh para asatidz.

Dalam penyembelihan ada beberapa perihal adab yang perlu diterapkan dalam praktek amaliyahnya. Pertama, yaitu sebaiknya hewan qurban disembelih oleh pemilik qurban. Walaupun di antara santri yang berqurban ada yang masih ragu dan belum berani menyembelihnya sendiri.

Tapi tentu saja hal ini tetap tidak bersifat paksaan dan ia bisa diwakilkan. Adapun saat hendak menyembelih, si penyembelih dianjurkan mengucapkan takbir dan kemudian mengucapkan, "Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma hadza minka wa laka, wa hadza 'anni. Atau jika memang diwakilkan maka disebutkan nama pequrban seperti, "Allahumma hadza minka wa laka, wa hadza 'an fulan,"

Selain itu, adapun Rasulullah menganjurkan kita untuk menyiapkan pisau dengan sebaik-baiknya hingga tajam. Tujuannya agar tak menyakiti hewan qurban jika pisau yang digunakan tumpul dan menyusahkan proses penyembelihan. Hal ini pernah disampaikan oleh baginda Rasulullah SAW sebagaimana dalam redaksi riwayat Imam Muslim, "Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat Ihsan dalam segala perkara. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan ihsan. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan ihsan. Hendaknya kalian mempertajam pisau ya dan menyenangkan sembelihannya." Hikmahnya, ternyata Rasulullah mengajarkan kita bahwa kasih sayang pun juga bukan antar manusia saja, tapi seluruh alam termasuk hewan.

Kemudian, kambing sembelihan juga direbahkan di atas tanah, dengan kepala yang diganjal dengan sebilah bambu. Tentu saja dengan adab yaitu menghadap ke arah kiblat. Hal ini juga pernah disampaikan sebelumnya oleh Ustadz Iskandar, Lc, yang sebelumnya sempat mengisi kajian membahas perihal terkait qurban.

Setelah semua kambing dan domba disembelih, para santri dikumpulkan dalam bentuk barisan oleh komandan acara, Ustadz Raihan dan dibantu pengarahan oleh Ustadz Khoiri selaku ketua panitia qurban. Beliau menyampaikan, bahwa sesuai jumlah asrama maka tiap asrama mengambil 1 hewan qurban untuk diproses dalam hal menguliti, memotong daging, dan yang paling ditunggu adalah membuat potongan daging yang untuk siap dijadikan sate. Sisa 1 kambing dan sapi diserahkan kepada para musyrif dan beberapa santri kelas 12.

Proses menguliti ini juga cukup memakan waktu yang lama. Semua santri per-asrama diberikan tugas masing-masing. Ada yang menguliti, mengasah pisau, mencari daun pepaya -untuk persiapan melunakkan daging agar lebih empuk-, meracik bumbu hingga menyiapkan konsumsi untuk anggota asrama. Adapun saat memotong kecil daging dan menusukkannya ke tusuk sate semua dilakukan serempak bersama-sama.

Saat matahari sudah hampir di atas kepala, beberapa santri sudah tak sabar hendak memanggang sate. Mereka mengambil dan menyiapkan perkakas alat sate yang telah disediakan oleh panitia qurban. Apalagi, ditambah rasa lelah yang amat sangat membuat para santri terasa semakin lapar ingin segera menyantap sate kambing itu. 😀

Kegiatan sempat tertunda karena memang waktu zhuhur telah berkumandang. Semua mempersiapkan diri sholat berjamaah. Karena tentu saja, sebagaimana yang pernah disampaikan juga oleh kepala kesantrian PPTQ Ibnu Abbas ikhwan, Ustadz Siddiq Nugroho, Lc, bahwa hari Iedul Adha merupakan hari kita berbahagia. Hari kita diperkenankan menyantap daging bersama-sama. Tapi tetap tidak melewati batas, kita mesti mengingat saudara-saudara muslim kita di Palestina dan Rohingya  yang belum tentu bisa berbahagia sebagaimana yang kita rasakan. Oleh karena itu, penting adanya untuk kita sadari agar tetap tidak lupa untuk tidak sedikitpun mengusik waktu shalat di masjid berjamaah dan tepat waktu.

Seusai shalat, karena agak pegal dan lelah, beberapa santri dengan tidak sadar sudah merebahkan tubuhnya di atas karpet hijau masjid. Adapun diantara mereka yang masih berdzikir sejenak dan menyempatkan membaca beberapa halaman Al Quran. Sedangkan pada sebagian lainnya juga ada yang langsung 'ngacir' menuju lokasi pembakaran sate karena tidak sabar menahan suara perutnya yang kian protes. 😀

Tibalah waktu tiap anggota asrama berkumpul bersama. Mengipas tungku sate, mencari daun pisang, dan meracik bumbu tambahan. Tak ketinggalan, ada juga yang memanfaatkan tulang iga kambing dan domba untuk dipanggang juga di atas kobaran bara yang menyala. Mereka silih bergantian mengipasi sate. Bahkan, nampaknya setelah menyatu otot mereka akan semakin mengembang. 😀 Namun tidak bagi beberapa anggota asrama yang agak sedikit memilih jalan yang lebih praktis. Mereka justru berinisiatif meminjam kipas angin kelas untuk dimanfaatkan. 😀 "Begitulah santri, apapun bisa digunakan yang penting 'hepi'," celetuk salah seorang santri senior.

Jam menunjukkan pukul 14.00. Sebagian ada yang sudah memegangi perutnya karena puas dan kenyang. Namun sebagian lainnya masih ada yang meratapi puluhan tusuk sate kambing yang masih dikipasi di atas tungku. Bagi mereka, waktu seperti seakan lama berputar. Makanya, mungkin inilah yang menjadi alasan mengapa tak jarang di antara mereka yang mendapati daging sate masih dalam keadaan setengah matang. 😅

Setelah matang -walaupun adanya yang setengah matang dan gosong-, mereka langsung menggelar daun pisang, kemudian menumpahkan seember penuh nasi putih di atasnya. Tak lupa keripik dan tambahan bumbu dan kecap ditaburi di atasnya sebagai penyedap dan penambah kenikmatan. 😋

Tak mau ketinggalan, Ustadz Umar dan asatidz lainnya pun ikut membersamai makan siang mereka. Suasana menjadi semakin hangat dan ceria.

Dari serangkaian acara yang dahsyat, ternyata ada bagian yang sangat luar biasa. Setelah dihitung-hitung, ternyata waktu memanggang dan menyantap 1 : 1000 kecepatannya. Dalam sekejap, nasi dan daging pun ludes dilahap. Yang tersisa hanya tusuk sate, daun pisang, dan potongan cabe rawit, dan kenangan manis bersama para sahabat dan saudara seiman. 😊😊😊

Ya, begitulah cerita santri ikhwan hari ini di PPTQ Ibnu Abbas Klaten. Andai saja kalian ikut bersama kami, pasti gak akan mau kembali ke rumah lagi. Bawaannya, pengen dekat terus sama santri Ibnu Abbas yang super kece. Hehe

Lalu tersisa pertanyaan dari kami. Mana cerita hari qurban di tempat antum? 😊

Post a Comment

أحدث أقدم