Jadid Cekolah

"Jadid di Kelas: Bukan Cuma Nilai, Tapi Jadi Diri Sendiri"

Kadang lo mikir, anak sekolah itu isinya cuma buku, PR, dan nilai. Tapi pas gue liat Jadid di kelas—dari balik jendela sekolah pas jemput—gue sadar, itu cuma permukaannya doang. Yang lebih penting dari semua itu? Dia sedang belajar jadi dirinya sendiri.

Lo tahu Jadid kan, gak yang tipe ribut. Tapi juga gak kalem-kalem amat. Dia tuh punya radar sosial yang tajam. Bisa ngerasa temennya lagi bad mood, atau tahu kapan gurunya udah mulai ngelirik tanda "jangan ribut lagi ya, anak-anak". Dalam istilah psikologi, ini disebut social awareness, bagian penting dari kecerdasan emosional.

Gue sempet ngobrol juga sama wali kelasnya. Katanya, "Jadid itu anaknya tenang, tapi bisa muncul di waktu yang pas." Waktu kerja kelompok, dia jadi penyeimbang. Waktu presentasi, dia gak dominan, tapi pas bagian dia, semua dengerin. Ada karisma kecil yang gak dibuat-buat.

Dan yang paling keren, dia bukan anak yang “kejar nilai banget”. Tapi dia pengen ngerti. Ada rasa penasaran dalam diri Jadid yang bikin gue mikir: belajar itu emang bukan soal hafal, tapi soal paham. Bukan soal ranking, tapi soal berkembang. Dan itu yang kadang kita, orang tua milenial, suka lupa.

Kita sering keburu pengen anak dapat nilai bagus, ranking, atau bisa ngalahin temannya. Padahal, anak itu manusia juga. Mereka bukan proyek, tapi perjalanan. Dan Jadid lagi ada di jalan itu—belajar jatuh, salah jawab, lupa bawa PR, dan minta maaf sendiri ke gurunya.

Suatu hari dia cerita, “Tadi aku duduk sama Alif karena dia gak punya teman kelompok.” Simple banget kalimatnya. Tapi di situ, gue diem. Anak gue belajar empati, tanpa dia sadar itu empati. Dia lagi belajar jadi manusia, bukan sekadar siswa.

Di kelas, Jadid bukan siapa-siapa. Tapi dia tahu siapa dia. Dan itu lebih penting.


Penutupnya, Bro...

Anak-anak kita, termasuk Jadid, gak butuh dipaksa jadi bintang. Mereka cuma butuh ruang buat tumbuh, salah, benerin sendiri, dan tetap diterima. Di balik kursi kecil di kelas itu, ada proses besar yang gak kelihatan. Dan kadang, kita cuma perlu duduk sebentar... buat nengok dan percaya: mereka sedang tumbuh.

Kalau lo masih ngarep cerita yang “wow” dari sekolah, coba ganti sudut pandang. Karena kisah paling bermakna kadang justru terjadi pas mereka diem, tapi hati dan pikirannya lagi kerja keras. Kayak Jadid—anak lo, pahlawan kecil yang lagi belajar jujur sama dirinya.








Post a Comment

Previous Post Next Post