Drama Rewel dan Peluk Ajaib: Seni Mengasuh Balita Tanpa Marah-Marah
Mengasuh balita, terutama saat mereka memasuki fase “drama rewel”, memang menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua. Namun, ada seni dalam mengatasi tantrum dan rewel anak tanpa harus berteriak atau marah. Kunci utamanya terletak pada pendekatan yang tenang, penuh kasih sayang, dan strategi yang tepat.
Mengapa Pelukan Menjadi “Sihir” dalam Pengasuhan
Pelukan bukan sekadar gestur kasih sayang biasa, melainkan alat yang sangat efektif untuk menenangkan anak yang rewel. “Peluk dan dekap si kecil dengan penuh kasih untuk menghentikan rengekannya. Pelukan hangat dari orangtua dapat membuat anak merasa lebih aman, nyaman, dan diperhatikan,” jelas psikolog anak dalam berbagai literatur pengasuhan positif. Saat memeluk anak yang sedang tantrum, orangtua juga dapat mengusap kepala serta menepuk atau mengelus bagian belakang tubuhnya secara perlahan. Sentuhan fisik ini membantu menenangkan sistem saraf anak dan memberikan rasa keamanan yang dibutuhkannya.
Mengenali dan Mengelola Emosi Orangtua
Sebelum dapat mengasuh anak dengan tenang, orangtua perlu menguasai seni mengelola emosi diri sendiri. “Saat emosi mulai meluap, tubuh akan menunjukkan tanda-tanda tertentu seperti detak jantung lebih cepat, perut bergejolak, otot terasa tegang, napas makin cepat, wajah berkeringat, rahang mengatup, telapak tangan mengepal, bahu tegang, suara meninggi, dan bicara semakin cepat,” tulis para ahli psikologi dalam buku-buku pengelolaan emosi. Bila tanda-tanda emosi itu muncul, kenali dan segera berhenti untuk mencegah emosi meluap.
Menurut Profesor Pediatri di University of North Carolina Medical School, William Coleman, MD, “Bila anak merasakan mood negatif orangtuanya, secara otomatis ia akan ‘tertular’. Oleh karenanya saat mendidik anak, pastikan mood orangtua baik terlebih dulu”. Hal ini juga ditekankan dalam berbagai literatur parenting yang menekankan pentingnya ketenangan emosi orangtua.
Strategi Komunikasi yang Efektif
Gunakan Kalimat Singkat dan Jelas
“Marah hanya akan membuat anak merasa tersakiti, sehingga tak bisa menerima pesan yang orangtua ingin sampaikan. Dar1ipada emosi, lebih baik gunakan kata yang singkat, padat, dan jelas saat memberi arahan,” saran psikolog anak dalam berbagai pelatihan parenting. Contohnya, tumbuhkan empati kepada si kecil ketika ia melakukan hal kurang menyenangkan dengan kalimat arahan seperti: “Kakak yang lembut ya, dipukul itu sakit lho, kas1ihan adik.”
Validasi Emosi Anak
“Validasi positif dari orangtua adalah cara mengatasi anak rewel yang baik. Cara ini membantu si kecil yakin bahwa perasaan dan emosi yang ia rasakan itu benar, juga merasa aman untuk mengekspresikan perasaannya,” jelas psikolog perkembangan anak dalam banyak sumber parenting. Hindari mengatakan “jangan menangis” atau “begitu saja kok menangis” kepada anak yang sedang menangis, karena kalimat tersebut justru bisa membuat si kecil menangis lebih lama.
Mengajarkan Kesabaran dan Pengendalian Diri
Latihan Menunggu Secara Bertahap
“Untuk balita 2 tahun, orangtua bisa mulai dengan melatihnya sabar menunggu selama 30 detik, lalu perpanjang secara bertahap bila buah hati terlihat sudah terbiasa,” saran para ahli parenting dalam berbagai artikel. Orangtua juga bisa menggunakan timer dapur sebagai alat bantu. Misalnya saat si kecil meminta dibuatkan susu, orangtua bisa mengulur waktu dengan mengatakan “Oke, tapi Mama mau ambil sesuatu dulu. Saat bel berbunyi, baru Mama akan berikan susunya.”
Mengajarkan Pengendalian Emosi
“Saat mendidik balita untuk sabar, dia mungkin akan merengek atau berteriak agar apa yang diinginkannya segera terpenuhi. Inilah kesempatan untuk meng1ajari buah hati cara mengendalikan emosi dan perilakunya meski sedang bersemangat, gelisah, atau lelah,” tulis para ahli dalam literatur pengasuhan anak.
Praktik Peaceful Parenting dalam Keseharian
Membangun Aturan yang Jelas
“Berteriak dan marah akan lebih mungkin diminimalisir jika aturan yang dibuat di rumah cukup jelas. Tetap tulis aturan di dalam rumah secara jelas dan dipajang di tempat yang mudah terlihat. Ketika aturan dilanggar, ikuti dengan konsekuensi secara langsung tanpa berteriak, mengomel, atau menceramahi anak,” jelas para ahli parenting dalam banyak sumber.
Memberikan Contoh Positif
“Pada dasarnya, anak adalah peniru yang handal. Ia lebih cepat menyontoh apa yang orangtua biasa lakukan, daripada menuruti perintah. Maka dari itu dalam mendidik anak, berikan selalu contoh terpuji di depannya, agar si kecil bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik tanpa paksaan,” tulis psikolog perkembangan anak dalam berbagai literatur.
Teknik Menenangkan Saat Tantrum
Beri Waktu untuk Istirahat
“Biarkan anak jeda dan beristirahat, karena siapa tahu ia memang merasa lelah makanya tidak bisa mengerti apa yang orangtua sampaikan. Jika si kecil tak kunjung mendengarkan, bawa ia ke tempat yang tenang, dan atur waktu sekitar 5 menit untuk merenungkan kesalahannya. Setelah itu, orangtua bisa menghampiri, memeluknya, dan meminta si kecil agar tidak mengulangi kesalahannya lagi,” saran para ahli parenting.
Alihkan Perhatian
“Orangtua bisa mengajak anak bermain atau membicarakan topik lain, seperti mainan atau makanan yang ia sukai. Set1elah perhatian anak berhasil teralihkan dan ia berhenti menangis, orangtua juga dapat memberikan pelukan agar suasana hatinya menjadi lebih baik,” jelas psikolog anak dalam berbagai pelatihan.
Membangun Keterampilan Emosional Anak
Beri Label pada Emosi
“Ajari anak untuk menyebutkan perasaannya sehingga mereka dapat mulai mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang emosinya. Katakan sesuatu seperti, ‘Sepertinya kamu merasa sangat kecewa karena kita tidak bisa pergi ke taman hari ini’. Dari situ, anak akan memahami seperti apa masing-masing emosi yang dapat dirasakan olehnya,” saran psikolog perkembangan anak dalam banyak sumber.
Aj1arkan Keterampilan Mengatasi Masalah
“Sampaikan pada anak secara proaktif cara mengatasi ketidaknyamanan perasaan dengan cara yang positif. Sebagai contoh, tunjukkan pada anak bahwa mereka bisa mewarnai gambar saat sedang sedih atau bermain di luar rumah saat mereka marah,” tulis para ahli parenting dalam berbagai literatur.
Catatan:
Beberapa kutipan di atas bersumber dari pendapat umum para psikolog anak, ahli parenting, dan literatur pengasuhan anak yang banyak ditemukan dalam pelatihan dan buku parenting. Untuk kutipan spesifik dari Profesor William Coleman, MD, dapat ditemukan dalam wawancara dan tulisan tentang pengaruh mood orangtua terhadap anak. Kutipan lain yang tidak menyebutkan nama ahli secara spesifik, bersumber pada pendapat umum para ahli parenting yang banyak dijumpai dalam berbagai artikel dan buku pengasuhan anak.
Berdasarkan wawancara dan tulisan Profesor William Coleman, MD, Profesor Pediatri di University of North Carolina Medical School, tentang pentingnya mood orangtua dalam pengasuhan anak.
(Catatan: Tidak semua kutipan di atas berasal dari satu sumber tertentu, namun merupakan rangkuman dari berbagai sumber ahli parenting yang banyak digunakan dalam literatur dan pelatihan pengasuhan anak.)
Post a Comment